07 September 2009

KAWAH IJEN
















08 Maret 2009

Sekedar Berkaca


Pernah suatu kali saya bertemu teman lama saya. Entah berawal dari mana sampailah obrolan kita pada keluhan-keluhannya. Yah..apa lagi kalo bukan keluhan tentang beban hidup. Banyak sekali yang dia keluhkan. Yang pada intinya adalah beban ekonomi yang dirasa berat akhir-akhir ini.
Setelah banyak mendengar banyak dari ceritanya akhirnya saya tanya ke dia.
"Mas, sampeyan punya anak ? " tanyaku.
" Punya !" jawabya.
"Sehat?" saya tanya lagi.
"Sehat", jawabnya.
" Sekolahnya gimana? apakah sampeyan tidak bisa membayar biaya sekolahnya?
"Bisa sih.. bahkan lancar-lancar saja". Jawabnya.
"Sampeyan punya rumah ?"
"Punya." jawabnya lagi
"Di rumah gimana beras cukup tidak untuk makan?' terus buat belanja sehari-hari ? tanyaku lagi.
"Buat belanja setiap harinya cukup ." jawabnya lagi.
Lho !! masalah sampeyan itu apa? tanyaku lagi. Istri punya, anak-anak sehat, makanan ada, rumah punya, sekolah anak-anak lancar.
"Iya juga ya..dia kelihatan agak bingung. Jadi apa masalahku ya..?
"Masalah sampeyan itu ada pada sikap sampeyan menghadapi dan memperlakukan apa yang selama ini sampeyan miliki. Kasarnya bolehlah dikatakan sampeyan ini kurang bisa bersyukur terhadap apa yang sampeyan dapatkan selama ini."
"Mas, kalau mau mengeluh mah ada ribuan alasan untuk mengeluh. Tapi kalau kita mau bersyukur ada jutaan alasan buat bersyukur!" Sampai di sini saya berhenti karena takut terkesan menasehati atau menggurui padahal saya pun tidak lebih baik, tidak lebih pintar, tidak lebih bijak dari teman saya itu.
Dari pertemuan dengan teman saya itu akhirnya saya dapat mengambil kesimpulan betapa kebanyakan dari kita seringkali mengeluh,mengeluh dan mengeluh saja tanpa pernah mau bersyukur. Kita hanya bisa menuntut, meminta, merengek atau yang sejenisnya. Pernahkah kita berpikir dalam setiap doa kita apa yang kita ucapkan. Ya Tuhan saya mohon ini...ya Tuhan saya mohon itu..Pernahkah atau seberapa seringkah kita berdoa yang seperti ini misalnya " Ya Tuhan saya mohon berikanlah kepada teman saya si ....untuk di berikan...." Pernahkah kita mendoakan atasan kita di kantor supaya diberikan kemudahan dalam menjalankan semua pekerjaannya. Seberapa seringkah kita mendoakan para tetangga kita yang sedang dalam kesulitan supaya diberikan kemudahan. Atau jangan-jangan kita juga lupa untuk mendoakan Orang tua kita agar diberikan kesehatan, saudara kita kakak, adik, sepupu, ipar agar di berikan rejeki dan kesehatan. Betapa kita selama ini menjadi begitu egoisnya. Yang hanya sebatas doa saja kita begitu pelitnya. Doa itu yang gratis saja kita pelit apa lagi yang berupa uang atau barang.
Gambar ilustrasi yang saya tampilkan di atas adalah gambar sebuah pabrik yang tenggelam oleh ganasnya lumpur Lapindo sementara di belakangnya adalah rumah-rumah yang terendam lumpur. Pernahkah kita bayangkan seandainya kita mengalami seperti apa yang dialami oleh saudara-saudara kita di Sidoarjo sana. Kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah, kehilangan kehidupan sosial yang selama ini mereka miliki ?
Dan satu lagi pertanyaan "Pernahkah kita berdoa untuk saudara-saudara kita itu agar diberikan ketabahan dan kemudahan dalam menghadapi semua itu?"
Sekian dulu ya...besok disambung lagi.

06 Maret 2009

Keberuntungan Dan Kecelakaan

Di sebuah desa pelosok negeri di pinggiran hutan. Tinggalah sebuah keluarga miskin dengan satu orang anak laki-lakinya. Suatu hari sang Bapak pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar dan berburu untuk makan keluarga itu. Ketika pulang ternyata sang Bapak tidak pulang membawa kayu bakar atau hewan buruan seperti biasa, akan tetapi membawa pulang seekor kuda liar yang tertangkap oleh sang Bapak. Kuda yang bagus dan gagah. Maka gegerlah seluruh isi kampung. Hasil penangkapan itu menjadi bahan pembicaraan seluruh kampung. Seluruh isi kampung memberi uacapan selamat kepada keluarga miskin itu.
"Selamat pak, tidak semua orang bisa mendapatkan keberuntungan seperti anda." Begitu kira-kira yang diucapkan para tetangga yang datang.
"Terima kasih, terima kasih..! Begitulah sang bapak menanggapi dengan biasa tanpa menimbulkan kesan bangga apalagi sombong.
Beberapa hari kemudian sang anak laki-laki mencoba menaiki kuda hasil tangkapan bapaknya. Karena kudanya masih liar dan sang anakpun belum begitu mahir maka terjadilah kecelakaan. Sang anak jatuh dan kakinya terluka sehingga anak itu tidak bisa berjalan. Dan seluruh isi kampungpun kembali gempar. Seluruh isi kampung merasa iba dan kasihan melihat keadaan keluarga tersebut.
"Sabar saja pak, kecelakaan ini mungkin cobaan." Begitulah seisi kampung mencoba menghibur.
"Terima kasih, terima kasih!"Jawab sang Bapak seperti biasa saja tanpa ada kesan duka yang terlalu dalam.
Esok paginya di kampung itu kedatangan satu pasukan tentara kerajaan yang membawa berita bahwa Negara sedang perang dan saat ini membutuhkan banyak pasukan untuk dibawa maju ke medan perang. Maka dikumpulkanlah seluruh pemuda di desa itu untuk maju berperang. Karena anak sang Bapak miskin itu tidak bisa berjalan karena kakinya masih sakit maka anak itu menjadi satu-satunya pemuda yang tidak dibawa maju ke medan perang.
Sang Bapakpun bertanya-tanya. "Lantas di manakah beda antara keberuntungan dan kecelakaan?" Betapa hidup adalah rahasia.
Cerita di atas saya baca dari sebuah harian beberapa tahun yag lalu. Dari cerita di atas kita dapat renungkan betapa keberuntungan ataupun kecelakaan betapa tipis jaraknya. Keduanya ada melekat dalam hidup kita sebagai penyeimbang. Karena memang sejatinya hidup adalah dua hal. Ada siang ada malam, ada gelap ada terang, ada aksi ada reaksi.Dalam Fisika prinsip kesetimbangan adalah F = 0. Berapapun gaya yang bekerja, totalnya adalah Nol.Maka kenapa kita harus telalu bersedih dan mengeluh ketika kita "celaka"? Dan kenapa kita harus berbangga diri bahkan cenderung sombong ketika kita "Beruntung" ? Sebab "Keberuntungan dan kecelakaan" ada dan kita tak tahu mana yang datang terlebih dahulu untuk secara bergantian hadir mengisi kehidupan kita. Hidup adalah Nol.

19 Januari 2009

Sendang Biru Malang


Kalau anda dalam perjalanan menuju Lumajang dari arah Malang, setelah melaui turen sebuah kota kecil di selatan Malang ada pertigaan sebelum Dampit ada papan penunjuk yang menunjukkan arah Sendang Biru 46 KM. Setelah melalui jalan yang berkelok-kelok, menanjak anda akan samapi ke sebuah tempat wisata yang bernama Sendang Biru.
Memang tempat ini tidak begitu populer bagi orang-orang di luar Malang tetapi bagi para penggemar olah raga memancing nama tersebut pasti tidak asing lagi di telinga. Sebagai sebuah tempat wisata Sendang Biru memang harus banyak berbenah. Selain tempatnya yang agak kotor dan kurang terawat, karena tempat ini berdekatan dengan TPI ( Tempat Pelelangan Ikan ) maka bau amis memang terasa menyengat sehingga membuat kita tidak bisa betah berlama-lama di sana. Juga fasilitas sebagaimana layaknya sebuah tempat wisata tidak banyak kita jumpai kemudian jalan menuju lokasi yang terlalu sempit sehingga kita merasa tidak sedang menuju sebuat tempat wisata.
Terlepas dari unsur-unsur di atas bagaimanapun Sendang Biru menyimpan eksotika alam yang sangat menarik. Betapa sangat indahnya menyaksikan laut selatan tetapi dengan ombak yang kecil tenang seperti layaknya ombak di pantai utara Jawa. Bagi anda para penggemar seafood juga bisa memuaskan dahaga anda karena di sini banyak ditemukan tempat makan yang menawarkan berbagai menu yang tentunya cocok dengan selera dan harga yang jauh di bawah restauran-restauran seafood di kota tentunya.
Selamat mencoba.

Coban Rondo


Sebetulnya saya tidak ada rencana sebelumnya untuk berkunjung ke tempat ini. Bermula ketika saya dan teman-teman barusan ada acara di kediri kemudian kami berencana pulang ke Surabaya melalui Batu, Malang. Karena waktu yang tersedia cukup longgar, sekalian refreshing. Setelah melalui Kandangan, Pare kemudian Ngantang, Pujon, sebelum memasuki Payung kira-kara 10 KM sebelum Batu kalau dari arah Kediri tepatnya di pertigaan yang ada patung sapinya di situlah sekitar 4 KM lagi ke arah selatan tempat wisata yang sebetulnya cukup terkenal untuk daerah Malang yaitu Coban Rondo. Tempatnya sejuk karena berada di ketinggian sekitar 800-1000 DPL. Sebetulnya bukan hanya air terjun saja objek wisatanya, selain itu masih ada tempat outbond, bumi perkemahan juga bermacam satwa dan pepohonan atau hutan wisata.
Akses Jalanya lumayan bagus dan mudah dijangkau, bagi yang berkendaraan pribadi baik mobil ataupun motor mungkin tidak begitu kesulitan akan tetapi untuk yang ingin naik kendaraan umum mungkin agak kesulitan , saya tidak melihat fasilitas kendaraan umum menuju objek wisata ini.
Mungkin ini yang bisa jadi oleh-oleh dari perjalanan saya beberapa hari yang lalu.

13 Januari 2009

Pulau Sapudi


Pulau ini berada di sebelah timur pulau Madura dan di sebelah utara kota Situbondo Jawa Timur. Untuk menuju ke pulau ini dapat melalui beberapa akses masuk. Bisa kita lewat Pelabuhan Kalianget yang ada di Kabupaten Sumenep atau juga Pelabuhan Dongkek yang juga masih ada di Sumenep atau juga kita bisa melalui pelabuhan Situbondo. Melalui Kalianget kita bisa naik kapal perintis yang biasanya berlayar setiap hari Kamis berangkat sekitar pkl. 8.00 pagi atau bisa juga naik perahu kecil yang biasanya bermuatan sekitar 50 orang, perahu ini berangkat sekitar pkl.12.00 siang. Setelah melalui perjalalanan laut sekitar 3 jam kita akan tiba di dermaga Tarebung kalau naik kapal perintis sedangkan jika naik kapal perintis kita turun di dermaga Gayam. Apabila kita melalui pelabuhan Dongkek kita bisa tempuh hanya 2 jam. Bagi yang suka tantangan mungkin akan lebih mengasyikkan jika kita lewat pelabuhan Dongkek karena dari sana kita akan naik kapal yang ukurannya lebih kecil dan merasakan hantaman - hantaman ombak yang terasa begitu mendebarkan hati.
Pulau berpenduduk sekitar 1500an KK ini terbagi dalam dua wilayah kecamatan yaitu kecamatan Gayam dan Kecamatan Nunggunong. Pekerjaan kebanyakan dari penduduk di sini adalah nelayan, pedagang dan banyak juga yang merantau ke daerah lain seperti Situbondo, Surabaya, Bali dan bahkan Jakarta.

Penduduknya yang ramah-ramah membuat kita betah berada di pulau yang masih sangat alami dan belum terkontaminasi dengan budaya dari luar ini. Hanya yang perlu disayangkan adalah bahwa pihak Pemda Sumenep belum mau serius untuk menggarap potensi wisata alam Pulau Sapudi. Sehingga kita sulit sekali untuk menemukan sarana sebagaimana layaknya sebuah tempat wisata seperti sarana penginapan, rumah makan dan transportasi yang memadai.

12 Januari 2009

Bromo





























Beberapa minggu yang lalu aku coba jalan-jalan ke daerah Jawa Timur, setelah beberapa bulan keberadaanku di Surabaya semenjak aku dipindahkan dari Jakarta oleh kantorku..hiks.hiks..tapi ternyata aku enjoy-enjoy aja di Surabaya. Bromo hanyalah satu dari sekian tempat yang aku kagumi yang ada di Jawi Wetan. Kapan-kapan aku sambung lagi dengan cerita-cerita seruku tentang Surabaya dan sekitarnya.